Minggu, 23 September 2012

PRIMBON, SESATKAH?????



Primbon adalah kumpulan pedoman hitungan-hitungan adat (khususnya suku Jawa) untuk menentukan hari baik dalam melakukan suatu hajatan, mengetahui pribadi seseorang dari tanggal lahirnya, menentukan jodoh dari hari kelahirannya, menentukan nama bayi yang pas, bahkan meramal nasib seseorang dari bentuk tubuh atau posisi tahi lalat, nama, dan sebagainya. Salah satu contoh yang bertentangan dengan agama adalah mengenai jodoh. Bukankah jodoh sudah ada yang mengatur??? Dan kita sebagai manusia harus berikhtiar dan berdoa dalam perjalanan mencari jodoh. Namun di dalam primbon pun ada namanya primbon jodoh yang kasarannya adalah mengatur jodoh manusia. Atau istilah orang Jawa adalah hitungan hari. Dan jika kita percaya dengan hal-hal yang ada di dalam primbon tersebut maka itu akan dapat menjerumuskan kita pada perbuatan syirik atau menyekutukan Allah SWT.
Sebenarnya jika tujuannya untuk melestarikan budaya tidak masalah, asalkan tidak musyrik dan tidak mengganggu orang lain. Masalahnya, pada saat kita secara iseng membaca tentang berbagai ramalan khususnya ramalan primbon, maka secara tidak sadar kekuatan ramalan akan mempengaruhi cara pandang dan daya kritis kita terhadap sesuatu akan menjadi lenyap. Jiwa akan kosong dan syetan akan masuk ke hati kita sehingga memungkinkan kita kehilangan kepercayaan terhadap Allah. Semua akan mudah terjadi pada orang yang keimannya kepada Allah lemah, sehingga akhirnya mempersekutukan Allah. Sebaiknya orang yang keimanannya dan keilmuannya tentang agama masih kurang sebaiknya tidak mencoba mendekati atau bermain-main dengan primbon karena bisa menjadi pintu lepasnya jiwa dan mengarah pada bentuk kesyirikan.
Primbon tidak selamanya menjadi negatif, karena primbon dapat memperkaya Khasanah Kebudayaan Bangsa Indonesia yang mungkin mambuat banyak negara iri dengan kita, sehingga tak heran banyak yang mencuri tradisi kebudayaan bangsa kita. Sedangakan persoalan nasib, jodoh, rezeki, mati dan hari baik itu hanyalah milik Allah SWT. Manusia diberikan kesempatan oleh Allah untuk merencanakan dan berusaha semaksimal mungkin. Artinya kita bisa merancang masa depan nasib, jodoh, rezeki, kecuali mati dengan kemampuan yang baik pula. Kalau sudah berusaha dengan maksimal, baru tawakal kepada Allah agar tidak menjadi sombong.

Pertanyaan:
Dalam berfilsafat hendaknya hati diletakkan pada kedudukan paling tinggi diatasnya pikiran. Lalu bagaimana dengan orang Jawa beragama Islam yang sangat mempercayai ilmu titennya kemudian menghubungkannya dengan kejadian yang akan datang, jodoh, watak seseorang yang semuanya adalah rahasia Allah. Apakah mereka sudah menggunakan hati? Atau hanya menggunakan pikiran saja???

Saya hidup di kalangan orang-orang atau bahkan keluarga yaitu kakek dan nenek yang mempercayai primbon. Banyak sekali perhitungan-perhitungan primbon yang tidak sesuai dengan hati atau keyakinan saya. Sedangkan pikiran harus sejalan dengan hati. Apakah saya bisa mengatakan bahwa orang-orang tersebut tidak sehat ataukah saya yang tidak sehat???

Kata bapak marsigit karena Yogyakarta mempunyai kedudukan istimewa maka tidak menutup kemungkinan bahwa primbon akan menjadi semakin berkembang. Bagaimana nantinya dengan keyakinan para penduduknya, karena keyakinan yang lemah terhadap agama akan sangat dipengaruhi oleh primbon-primbon tersebut??? 

Sabtu, 15 September 2012

Seekor Katak Dalam Dasar Sumur

Seekor katak berada di dalam sumur dengan kedalaman sumur adalah 27 meter. Katak tersebut berusaha naik untuk keluar dari sumur. Berapa lama waktu yang dibutuhkan seekor katak tersebut untuk dapat keluar dari sumur jika pada siang hari katak dapat naik setinggi 3 meter, namun karena malam hari katak tidak berusaha naik maka katak tersebut turun lagi (melorot) sejauh 1 meter????? pikirkan.....

PENAFSIRAN BERBEDA, BAGAIMANA?????



Filsafat adalah olah pikir manusia untuk memperoleh suatu kebenaran. Usaha untuk mencapai atau mendapatkan suatu kebenaran tersebut, bukanlah suatu usaha yang mudah. Usaha yang paling mudah dalam mencari kebenaran adalah jika hal itu dilakukan untuk diri sendiri, sedangkan jika kebenaran itu ditujukan untuk kebermanfaatan bagi orang lain maka usaha tersebut cukup sulit. Jika kita ingin mencari kebenaran yang bisa bermanfaat bagi orang lain, baik itu masyarakat, agama, negara maupun internasional, maka kita harus berawal dari tesis kita. Tesis kita kemungkinan besar adalah antitesis orang lain yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu sintesis. Sintesis yang baru tersebut dapat menjadi tesis kita, dan tesis kita akan menjadi antitesis orang lain lagi yang menghasilkan sintesis baru lagi. Hal ini akan berlangsung secara terus menerus sampai kita menemukan suatu kebenaran yang bisa bermanfaat bagi orang lain baik masyarakat, agama, negara bahkan internasional.
Dalam pencarian sintesis-sintesis baru mengenai kebenaran yang selalu mengarah ke universal, manusia mungkin mengalami suatu kendala. Perlu kita ingat bahwa seuniversal-universal kebenaran atau setinggi-tinggi kebenaran akan selalu akan menjadi kebenaran yang bersifat relatif. Karena kebenaran yang absolut hanya milik Sang Pencipta. Salah satu kendala atau masalah yang mungkin dihadapi manusia adalah munculnya pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab atau sesuatu yang tidak bisa dipahami oleh manusia sehingga pemikiran manusia terhadap suatu hal bisa terhenti. Apakah dengan adanya pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia, maka suatu ilmu akan menjadi gugur????? Ataukah hanya sebatas itukah ilmu tersebut. Namun jika manusia selalu menempatkan agama diatas-atas pemikirannya maka manusia akan bisa mengembalikan pertanyaan itu kepada agama atau keyakinan kita sehingga ilmu tersebut dapat diterima oleh orang lain.
Suatu contoh pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh pemikiran manusia adalah: lebih dahulu mana, ayam atau telur?????, pertanyaan ini akan sulit sekali kita jawab menggunakan logika berpikir akal. Namun jika kita melihat dari kacamata agama, maka ayam akan lebih dulu ada karena di dalam Al-qur’an ada proses penciptaan binatang-binatang seperti ikan, burung, sapi dan lain-lain. Contoh lain adalah mana yang lebih dulu tercipta, manusia laki-laki atau manusia perempuan????? Kita juga tidak bisa menjawabnya dengan logika berpikir akal. Namun dengan agama pasti kita akan menjawab laki-laki lebih dulu tercipta karena Hawa tercipta dari tulang rusuk nabi Adam.
Kesimpulannya adalah proses pencarian kebenaran atau ilmu tidak boleh berakhir pada suatu pertanyaan yang tidak terjawab. Ilmu atau kebenaran harus berakhir pada suatu jawaban yang lengkap artinya berupa kebenaran yang bisa dipahami secara menyeluruh. Dan jika menemui suatu pertanyaan yang tidak bisa dijawab maka harus dikembalikan lagi kepada agama atau keyakinan untuk menjawabnya. Oleh karena itu agama harus diletakkan diatas pemikiran manusia.
Pertanyaan:
Jika manusia sudah berusaha untuk mencari suatu kebenaran dengan pemikirannya dan kemudian berhenti pada suatu pertanyaan yang tidak bisa dijawab maka apakah mengembalikannya pada agama adalah cara yang lebih tepat?????
Jika melalui agama adalah cara yang lebih tepat, bagaimana jika dalam agama sendiri terjadi suatu penafsiran yang berbeda-beda terhadap pertanyaan tersebut?????
Jika pertanyaan dikembalikan kepada agama atau keyakinan, bagaimana dengan filsafat barat yang menganggap agama hanya menghambat dalam berfilsafat????? Apakah mereka akan berhenti pada pertanyaan yang tidak dapat dijawab tersebut?????

Minggu, 09 September 2012

AKAL DAN HATI ADALAH SATU



Ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui suatu pengalaman hidup manusia, yaitu melalui sebuah pertentangan yang terjadi dalam diri manusia. Pertentangan yang terjadi dalam diri manusia dapat dikatakan sebagai suatu masalah yang sedang dihadapinya. Manusia selalu dan selalu mempunyai permasalahan dalam hidupnya, namun permasalahan tersebut pasti bisa dilaluinya dengan suatu doa dan ikhtiar yang mungkin cukup maksimal. Dalam menyelesaikan masalah atau pertentangan tersebut, manusia akan selalu menggunakan hati dan akalnya bagaikan badan gitar dengan senarnya.  Badan gitar tidak akan dapat menghasilkan suara musik jika tidak ada senar yang selalu menyertainya, begitu juga senar yang hanya akan menjadi seutas tali saja jika tidak dipasangkan dengan badan gitar. Jika badan gitar dan senar itu dimainkan oleh seorang gitaris yang profesional, maka terciptalah suatu alunan musik yang sangat indah. Analogi ini juga bisa terjadi pada individu manusia. Individu manusia adalah gitaris, akal adalah badan gitar, dan hati adalah senar gitar tersebut. Jika dalam menyelesaikan masalah manusia hanya menggunakan logika hati atau logika akal saja, maka penyelesaian atau pemikiran manusia tersebut kemungkinan besar juga akan ditolak oleh manusia lain. Sebaliknya, jika akal dan hati digunakan oleh individu manusia yang baik maka akan menghasilkan suatu pemikiran yang baik pula.
Hati manusia yang dalam hal ini adalah qolbu digunakan untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Sedangkan akal digunakan untuk membedakan mana yang benar dan salah. Hati dan akal sama-sama bisa digunakan untuk melogika. Perbedaannya adalah akal digunakan untuk logika rasio sedangkan hati digunakan untuk logika rasa. Logika akal dan logika hati tidak dapat dipisahkan. Pemikiran yang hanya menggunakan akal tanpa hati maka kita akan selalu berpikir benar dan salah saja tanpa memikirkan baik atau buruknya. Sebaliknya hanya menggunakan logika hati saja maka kita hanya mempertimbangkan baik dan buruknya saja tanpa memikirkan hal tersebut benar atau salah. Sama seperti badan gitar dan senarnya. Badan gitar tetap bisa menghasilkan suara musik jika dipukul dan senar juga bisa dibunyikan dengan cara direntangkan kemudian dipetik. Namun musik yang akan dihasilkan tidak akan sebagus ketika senar sudah terpasang di badan gitar, kemudian seorang gitaris profesional memainkan alat musik tersebut. Jadi suatu pemikiran individu juga akan lebih diterima dengan baik oleh banyak orang jika indinidu tersebut menggunakan akal dan hati dalam memikirkan penyelesaian masalah yang sedang dihadapi, sehingga hal yang baik harus benar sebaliknya yang benar juga harus baik.
Sebagai contoh dalam dunia pekerjaan atau pendidikan, manusia dilengkapi dengan kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). Dahulu manusia lebih mengakui IQ yang dimilikinya sebagai alat yang bisa menggambarkan dirinya sebagai makhluk yang cerdas. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dalam hal penelitian, IQ dan EQ sangat penting untuk keberhasilan seorang individu. Meskipun dahulu, suatu lembaga atau manusia hanya mengakui kecerdasan intelektual seseorang. Namun dengan adanya banyak penelitian tentang kecerdasan manusia, IQ dan EQ adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Jadi, keduanya merupakan hal yang sangat penting untuk menggambarkan diri manusia.
Jika pemikiran atau logika hati dan logika akal tidak bisa dipisahkan, lalu apa yang terjadi jika seorang individu hanya menyelesaikan masalah dengan logika hati saja atau logika akal saja?