Filsafat adalah olah pikir manusia untuk memperoleh suatu
kebenaran. Usaha untuk mencapai atau mendapatkan suatu kebenaran tersebut,
bukanlah suatu usaha yang mudah. Usaha yang paling mudah dalam mencari
kebenaran adalah jika hal itu dilakukan untuk diri sendiri, sedangkan jika
kebenaran itu ditujukan untuk kebermanfaatan bagi orang lain maka usaha
tersebut cukup sulit. Jika kita ingin mencari kebenaran yang bisa bermanfaat
bagi orang lain, baik itu masyarakat, agama, negara maupun internasional, maka
kita harus berawal dari tesis kita. Tesis kita kemungkinan besar adalah
antitesis orang lain yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu sintesis.
Sintesis yang baru tersebut dapat menjadi tesis kita, dan tesis kita akan
menjadi antitesis orang lain lagi yang menghasilkan sintesis baru lagi. Hal ini
akan berlangsung secara terus menerus sampai kita menemukan suatu kebenaran
yang bisa bermanfaat bagi orang lain baik masyarakat, agama, negara bahkan
internasional.
Dalam pencarian sintesis-sintesis baru mengenai kebenaran yang
selalu mengarah ke universal, manusia mungkin mengalami suatu kendala. Perlu
kita ingat bahwa seuniversal-universal kebenaran atau setinggi-tinggi kebenaran
akan selalu akan menjadi kebenaran yang bersifat relatif. Karena kebenaran yang
absolut hanya milik Sang Pencipta. Salah satu kendala atau masalah yang mungkin
dihadapi manusia adalah munculnya pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab
atau sesuatu yang tidak bisa dipahami oleh manusia sehingga pemikiran manusia
terhadap suatu hal bisa terhenti. Apakah dengan adanya pertanyaan yang tidak
mampu dijawab oleh manusia, maka suatu ilmu akan menjadi gugur????? Ataukah
hanya sebatas itukah ilmu tersebut. Namun jika manusia selalu menempatkan agama
diatas-atas pemikirannya maka manusia akan bisa mengembalikan pertanyaan itu kepada
agama atau keyakinan kita sehingga ilmu tersebut dapat diterima oleh orang lain.
Suatu contoh pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh pemikiran
manusia adalah: lebih dahulu mana, ayam atau telur?????, pertanyaan ini akan
sulit sekali kita jawab menggunakan logika berpikir akal. Namun jika kita
melihat dari kacamata agama, maka ayam akan lebih dulu ada karena di dalam
Al-qur’an ada proses penciptaan binatang-binatang seperti ikan, burung, sapi
dan lain-lain. Contoh lain adalah mana yang lebih dulu tercipta, manusia
laki-laki atau manusia perempuan????? Kita juga tidak bisa menjawabnya dengan
logika berpikir akal. Namun dengan agama pasti kita akan menjawab laki-laki
lebih dulu tercipta karena Hawa tercipta dari tulang rusuk nabi Adam.
Kesimpulannya adalah proses pencarian kebenaran atau ilmu tidak
boleh berakhir pada suatu pertanyaan yang tidak terjawab. Ilmu atau kebenaran
harus berakhir pada suatu jawaban yang lengkap artinya berupa kebenaran yang
bisa dipahami secara menyeluruh. Dan jika menemui suatu pertanyaan yang tidak
bisa dijawab maka harus dikembalikan lagi kepada agama atau keyakinan untuk
menjawabnya. Oleh karena itu agama harus diletakkan diatas pemikiran manusia.
Pertanyaan:
Jika manusia sudah berusaha untuk
mencari suatu kebenaran dengan pemikirannya dan kemudian berhenti pada suatu
pertanyaan yang tidak bisa dijawab maka apakah mengembalikannya pada agama
adalah cara yang lebih tepat?????
Jika melalui agama adalah cara yang
lebih tepat, bagaimana jika dalam agama sendiri terjadi suatu penafsiran yang
berbeda-beda terhadap pertanyaan tersebut?????
Jika pertanyaan dikembalikan kepada
agama atau keyakinan, bagaimana dengan filsafat barat yang menganggap agama
hanya menghambat dalam berfilsafat????? Apakah mereka akan berhenti pada
pertanyaan yang tidak dapat dijawab tersebut?????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar