Sabtu, 15 September 2012

PENAFSIRAN BERBEDA, BAGAIMANA?????



Filsafat adalah olah pikir manusia untuk memperoleh suatu kebenaran. Usaha untuk mencapai atau mendapatkan suatu kebenaran tersebut, bukanlah suatu usaha yang mudah. Usaha yang paling mudah dalam mencari kebenaran adalah jika hal itu dilakukan untuk diri sendiri, sedangkan jika kebenaran itu ditujukan untuk kebermanfaatan bagi orang lain maka usaha tersebut cukup sulit. Jika kita ingin mencari kebenaran yang bisa bermanfaat bagi orang lain, baik itu masyarakat, agama, negara maupun internasional, maka kita harus berawal dari tesis kita. Tesis kita kemungkinan besar adalah antitesis orang lain yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu sintesis. Sintesis yang baru tersebut dapat menjadi tesis kita, dan tesis kita akan menjadi antitesis orang lain lagi yang menghasilkan sintesis baru lagi. Hal ini akan berlangsung secara terus menerus sampai kita menemukan suatu kebenaran yang bisa bermanfaat bagi orang lain baik masyarakat, agama, negara bahkan internasional.
Dalam pencarian sintesis-sintesis baru mengenai kebenaran yang selalu mengarah ke universal, manusia mungkin mengalami suatu kendala. Perlu kita ingat bahwa seuniversal-universal kebenaran atau setinggi-tinggi kebenaran akan selalu akan menjadi kebenaran yang bersifat relatif. Karena kebenaran yang absolut hanya milik Sang Pencipta. Salah satu kendala atau masalah yang mungkin dihadapi manusia adalah munculnya pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab atau sesuatu yang tidak bisa dipahami oleh manusia sehingga pemikiran manusia terhadap suatu hal bisa terhenti. Apakah dengan adanya pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia, maka suatu ilmu akan menjadi gugur????? Ataukah hanya sebatas itukah ilmu tersebut. Namun jika manusia selalu menempatkan agama diatas-atas pemikirannya maka manusia akan bisa mengembalikan pertanyaan itu kepada agama atau keyakinan kita sehingga ilmu tersebut dapat diterima oleh orang lain.
Suatu contoh pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh pemikiran manusia adalah: lebih dahulu mana, ayam atau telur?????, pertanyaan ini akan sulit sekali kita jawab menggunakan logika berpikir akal. Namun jika kita melihat dari kacamata agama, maka ayam akan lebih dulu ada karena di dalam Al-qur’an ada proses penciptaan binatang-binatang seperti ikan, burung, sapi dan lain-lain. Contoh lain adalah mana yang lebih dulu tercipta, manusia laki-laki atau manusia perempuan????? Kita juga tidak bisa menjawabnya dengan logika berpikir akal. Namun dengan agama pasti kita akan menjawab laki-laki lebih dulu tercipta karena Hawa tercipta dari tulang rusuk nabi Adam.
Kesimpulannya adalah proses pencarian kebenaran atau ilmu tidak boleh berakhir pada suatu pertanyaan yang tidak terjawab. Ilmu atau kebenaran harus berakhir pada suatu jawaban yang lengkap artinya berupa kebenaran yang bisa dipahami secara menyeluruh. Dan jika menemui suatu pertanyaan yang tidak bisa dijawab maka harus dikembalikan lagi kepada agama atau keyakinan untuk menjawabnya. Oleh karena itu agama harus diletakkan diatas pemikiran manusia.
Pertanyaan:
Jika manusia sudah berusaha untuk mencari suatu kebenaran dengan pemikirannya dan kemudian berhenti pada suatu pertanyaan yang tidak bisa dijawab maka apakah mengembalikannya pada agama adalah cara yang lebih tepat?????
Jika melalui agama adalah cara yang lebih tepat, bagaimana jika dalam agama sendiri terjadi suatu penafsiran yang berbeda-beda terhadap pertanyaan tersebut?????
Jika pertanyaan dikembalikan kepada agama atau keyakinan, bagaimana dengan filsafat barat yang menganggap agama hanya menghambat dalam berfilsafat????? Apakah mereka akan berhenti pada pertanyaan yang tidak dapat dijawab tersebut?????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar