Sebagai masyarakat Indonesia, terkadang kita tidak sadar bahwa
kenikmatan, kepraktisan, dan kemudahan yang kita dapatkan selama ini adalah
dampak dari bentuk penjajahan Powernow dengan pengaruh teknologi dan
industrinya pada Indonesia. Sebagai orang dewasa, kita terkadang malah menganggap bahwa Powernow
merupakan pahlawan terhadap apa yang kita dapatkan selama ini. Kita tidak tahu
bahwa dibalik kebaikan Powernow terhadap masyarakat Indonesia, terdapat suatu
tujuan besar untuk menguasai Indonesia bahkan untuk menguasai dunia.
Perkembangan teknologi memang merupakan hal positif yang dapat membantu
masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun jika
perkembangan teknologi disertai dengan dampak-dampak negatif yang lebih besar
maka hal itu akan membuat bangsa menjadi semakin hancur.
Untuk mencapai tujuannya, Powernow memasuki bangsa kita melalui
industri, teknologi dan ekonomi. Dan hal ini juga akan berpengaruh langsung
terhadap pendidikan di Indonesia. Salah satunya yaitu mengarahkan kurikulum ke
teknologi. Padahal jika hal ini dilakukan terhadap anak secara dini maka akan
mencabut intuisi anak. Powernow memanfaatkan ilmuwan-ilmuwan di Indonesia untuk
mencapai tujuannya. Dan akibatnya kurikulum di Indonesia khususnya matematika
sekolah telah banyak dikembangkan oleh pure matematician yang tidak pernah
terlibat secara langsung dengan pendidikan dan dunia anak khususnya di tingkat
sekolah dasar dan menengah.
Hal ini dapat kita lihat dari karakteristik matematika yang disampaikan
oleh Prof. Soedjadi. Karakteristik matematika sekolah menurut Prof. Soejadi
adalah sebagai berikut.
1.
Memiliki
obyek kajian abstrak
2.
Bertumpu
pada kesepakatan
3.
Berpola
pikir deduktif
4.
Memiliki
simbol yang kosong dari arti
5.
Memperhatikan
semesta pembicaraan
6.
Konsisten
dalam sistemnya
Jika melihat karakteristik matematika sekolah yang telah
diungkapkan oleh Prof. Soedjadi, maka untuk objek kajian yang abstrak mungkin
sangat kejam jika diberikan kepada siswa sekolah dasar maupun balita. Karena
menurut Jean Piaget, siswa sekolah dasar dan balita masih berada dalam tahap
operasi konkret. Jadi dalam belajar, mereka masih butuh dilibatkan dengan
benda-benda konkret.
Jika kita lihat lebih dalam lagi, maka pembelajaran di Indonesia
khususnya pada mata pelajaran matematika diarahkan pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi (HOTS). Keterampilan ini memiliki banyak manfaat bagi siswa
terhadap perkembangan proses berpikir siswa. Keterampilan ini juga sangat
bermanfaat bagi siswa yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. Namun setiap
pembelajaran yang dilakukan guru harus tetap disesuaikan dengan kondisi anak
dan dunia anak. Anak usia sekolah khususnya yang berada pada tahap operasi
konkret, harus diberikan pembelajaran sesuai dunia mereka, kemudian secara bertahap
dapat dibawa pada proses berpikir tingkat tinggi.
Pertanyaan:
1.
Bagaimana
HOTS jika diterapkan pada siswa-siswa sekolah dasar, apakah hal ini sesuai
dengan perkembangan kognitif anak?
2.
HOTS
adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dapat diajarkan pada siswa
yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata, lalu bagaimana HOTS diajarkan pada
kondisi kelas yang kondisi siswanya heterogen?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar