Senin, 26 November 2012

POWERNOW DAN MATEMATIKAWAN KECIL


Sebagai masyarakat Indonesia, terkadang kita tidak sadar bahwa kenikmatan, kepraktisan, dan kemudahan yang kita dapatkan selama ini adalah dampak dari bentuk penjajahan Powernow dengan pengaruh teknologi dan industrinya pada Indonesia. Sebagai orang dewasa, kita  terkadang malah menganggap bahwa Powernow merupakan pahlawan terhadap apa yang kita dapatkan selama ini. Kita tidak tahu bahwa dibalik kebaikan Powernow terhadap masyarakat Indonesia, terdapat suatu tujuan besar untuk menguasai Indonesia bahkan untuk menguasai dunia. Perkembangan teknologi memang merupakan hal positif yang dapat membantu masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun jika perkembangan teknologi disertai dengan dampak-dampak negatif yang lebih besar maka hal itu akan membuat bangsa menjadi semakin hancur.
Untuk mencapai tujuannya, Powernow memasuki bangsa kita melalui industri, teknologi dan ekonomi. Dan hal ini juga akan berpengaruh langsung terhadap pendidikan di Indonesia. Salah satunya yaitu mengarahkan kurikulum ke teknologi. Padahal jika hal ini dilakukan terhadap anak secara dini maka akan mencabut intuisi anak. Powernow memanfaatkan ilmuwan-ilmuwan di Indonesia untuk mencapai tujuannya. Dan akibatnya kurikulum di Indonesia khususnya matematika sekolah telah banyak dikembangkan oleh pure matematician yang tidak pernah terlibat secara langsung dengan pendidikan dan dunia anak khususnya di tingkat sekolah dasar dan menengah.
Hal ini dapat kita lihat dari karakteristik matematika yang disampaikan oleh Prof. Soedjadi. Karakteristik matematika sekolah menurut Prof. Soejadi adalah sebagai berikut.
1.      Memiliki obyek kajian abstrak
2.      Bertumpu pada kesepakatan
3.      Berpola pikir deduktif
4.      Memiliki simbol yang kosong dari arti
5.      Memperhatikan semesta pembicaraan
6.      Konsisten dalam sistemnya
Jika melihat karakteristik matematika sekolah yang telah diungkapkan oleh Prof. Soedjadi, maka untuk objek kajian yang abstrak mungkin sangat kejam jika diberikan kepada siswa sekolah dasar maupun balita. Karena menurut Jean Piaget, siswa sekolah dasar dan balita masih berada dalam tahap operasi konkret. Jadi dalam belajar, mereka masih butuh dilibatkan dengan benda-benda konkret.
Jika kita lihat lebih dalam lagi, maka pembelajaran di Indonesia khususnya pada mata pelajaran matematika diarahkan pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Keterampilan ini memiliki banyak manfaat bagi siswa terhadap perkembangan proses berpikir siswa. Keterampilan ini juga sangat bermanfaat bagi siswa yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. Namun setiap pembelajaran yang dilakukan guru harus tetap disesuaikan dengan kondisi anak dan dunia anak. Anak usia sekolah khususnya yang berada pada tahap operasi konkret, harus diberikan pembelajaran sesuai dunia mereka, kemudian secara bertahap dapat dibawa pada proses berpikir tingkat tinggi.
Pertanyaan:
1.      Bagaimana HOTS jika diterapkan pada siswa-siswa sekolah dasar, apakah hal ini sesuai dengan perkembangan kognitif anak?

2.      HOTS adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dapat diajarkan pada siswa yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata, lalu bagaimana HOTS diajarkan pada kondisi kelas yang kondisi siswanya heterogen?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar