Dari wikipedia
bahasa Indonesia, Ramalan Jayabaya atau Jangka Jayabaya adalah ramalan dalam
tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh Prabu Jayabaya, raja
kerajaan Kadiri. Ramalan ini secara khusus dikenal di kalangan masyarakat Jawa
yang dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga melalui kitab
musasar. Prabu Jayabaya melihat sejarah bukan hanya melihat masa lalu saja,
tetapi juga melihat jauh ke masa depan. Hal ini sejalan dengan pendapat modern
yang mengatakan bahwa masa lalu yang kita pelajari melalui sejarah, akan
bermakna jika berguna atau bermanfaat bagi masa depan.
Keadaan bangsa Indonesia pada saat ini khususnya dalam era
globalisasai dimana semua unsur-unsur budaya asing yang kebanyakan mempunyai
pengaruh negatif telah menjadikan bangsa Indonesia dilanda krisis multidimensi
atau krisis dalam berbagai aspek kehidupan. Bukan hanya itu saja, berbagai
bencana juga melanda bangsa Indonesia mulai dari gempa, tsunami, longsor,
banjir bandang dan masih banyak lagi bencana alam lain. Jika dihubungkan dengan
Ramalan Jayabaya dan kita selidiki secara mendalam, maka banyak dari
ramalan-ramalan Jayabaya yang sudah terbukti dengan adanya fenomena krisis dan
bencana yang telah terjadi di negara Indonesia. Lalu, apakah semua yang telah
terjadi terhadap bangsa kita akhir-akhir ini membuktikan bahwa ramalan itu
benar? Ataukah hanya kebetulan saja?
Sebagai seorang muslim, maka kita tidak boleh percaya begitu saja
dengan ramalan apapun. Karena semua yang terjadi di dunia ini adalah kehendak
yang kuasa dan apa yang akan terjadi nanti selalu akan menjadi rahasia Ilahi
dimana tidak seorangpun di dunia ini yang mengetahuinya. Nemun jika kita
menjadikan Ramalan Jayabaya sebagai suatu pembelajaran diri mengenai kehidupan
masa lalu, kehidupan sekarang dan kehidupan masa yang akan datang, maka itu
akan sangat bermanfaat dalam memperbaiki kehidupan masyarakat Indonesia.
Menurut Lelono (Gramedia Pustaka Utama, 1999), Bung Karno
menggunakan kepercayaan masyarakat akan Ramalan Prabu Jayabaya untuk
membangkitkan semangat keberanian yang tinggi di kalangan rakyat pada masa
perjuangan. Jadi tidak heran, jika hingga kini getar suara Bung Karno itu masih
terasa di denyut nadi perjuangan kita, dan sosoknya pun seperti masih bernyawa.
Beberapa fakta secara garis besar yang dapat ditafsirkan sehubungan dengan
Ramalan Jayabaya terhadap keadaan bangsa Indonesia adalah sebagai berikut.
1.
Merajarelanya
korupsi di tanah air, dalam berbagai bentuk, tingkatan jabatan dan kekuasaan. Ini
menandakan bahwa harta kekayaan berupa uang masih menjadi orientasi politik
kekuasaan, baik itu dilakukan oleh elite politik maupun oleh masyarakat.
2.
Tidak
adanya kepastian hukum. Upaya penegakan hukum masih terbentur pada kepentingan
politik tertentu sehingga membawa akibat pada titik terlaksananya keadilan,
juga yang lebih serius adalah tidak ditegakkannya hak asasi manusia dalam
hukum.
3.
Hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap sosok pemimpinnya. Kecenderungan para pemimpin
negara yang mementingkan diri sendiri, mengejar kehendaknya sendiri dan tidak
pro rakyat berdampak pada keengganan rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam
berpolitik.
4.
Kebijakan
yang tidak memihak kepada rakyat kecil. Konversi minyak dan kenaikan tarif tol
yang berorientasi kepada kepentingan ekonomi pejabat negara. Orientasi politik
elite negeri yang hanya mementingkan segelintir orang terbaca jelas dalam
kebijakan-kebijakan yang dilakukan. Inilah ‘wahyu setan’ seperti yang
dikatakan Prabu Jayabaya.
5.
Moralitas
yang tercabik dan kesejahteraan sosial yang terbengkalai. Munculnya berbagai
aksi kejahatan, pemerkosaan, perceraian, saling memfitnah, isu dan gosip,
sampai isu separatisme dan disintegrasi menjadi indikasi yang jelas akan hal
tersebut.
6.
Kemiskinan
secara ekonomis. Kemelut ekonomi masih mendera kehidupan masyarakat, sementara
tuntutan negara terhadap masyarakat melambung tinggi di luar batas kemampuan. Misalnya
semakin besarnya jumlah pajak, mahalnya bahan-bahan pokok atau vital seperti
sandang dan pangan. Hal ini semakin diperparah dengan situasi atau kondisi alam
yang tidak memungkinkan, seperti kekeringan yang berkepanjangan dan ketakutan
akan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi dan tsunami.
Ramalan Jayabaya yang
selalu menjadi pertanyaan bagi bangsa Indonesia adalah tentang siapakah satria
piningit yang akan mensejahterakan kehidupan rakyat Indonesia. Dimulai dari
Sukarno, Suharto, Habibie, Gus Dur, sampai Susilo Bambang Yudhoyono, semua
diharapkan menjadi satria piningit bagi bangsa Indonesia. Namun banyak
masyarakat Indonesia yang kecewa dan akan terus menanti tokoh pemimpin yang
mampu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur sehingga pemimpin
Indonesia dilabelkan oleh masyarakat sebagai bukan satria piningit. Jika
demikian, ramalan Jayabaya hendaknya dapat kita anggap sebagai suatu nasehat
bagi seluruh bangsa Indonesia untuk senantiasa aktif bekerja keras membuat
tatanan Indonesia yang lebih baik, bukan hanya diam menunggu kehadiran satria
piningit seperti dalam ramalan Jayabaya.
Pertanyaan:
Jika dilihat dari
kacamata filsafat, apakah Prabu Jayabaya merupakan seorang filsuf yang bisa
menembus ruang dan waktu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar